إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و
سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Membangun sebuah bangunan
dimulai dengan meletakkan pondasinya, pondasi ini harus baik dan kokoh karena
ia penopang bagi apa yang diletakkan di atasnya. Jika pondasinya kokoh, maka
bangunannya akan tegak dengan kokoh pula, sebaliknya jika pondasinya rapuh maka
tidak perlu menunggu lama bangunan tersebut akan roboh. Islam bisa diibaratkan
sebuah bangunan. Jika tegak-nya bangunan mesti ditopang dengan pondasi yang
kokoh, maka tegaknya dinul Islam pun mesti didasari dengan pondasi yang kuat.
Jika bangunan roboh dengan cepat tanpa pondasi yang kokoh maka dinul Islam pun
demikian.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Tahukah kita apakah pondasi
Islam? Ia adalah syahadat. Di atas syahadat inilah bangunan Islam ditegakkan.
Oleh karena itu, ketika nabi menjelaskan pilar-pilar Islam, beliau mengawalinya
dengan syahadat.
بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى
خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ الله ُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله،
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat, bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim, Mukhtashar
Shahih al-Bukhari, no. 8 dan Mukhtashar Shahih Muslim, no.
62, dari Ibnu Umar).
Disebutkannya syahadat dalam
urutan pertama berarti apa yang sesudahnya berpijak kepadanya, lebih tegasnya
apa yang sesudahnya yaitu mendirikan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa
tidak sah dan tidak diterima tanpa pijakan syahadat. Maka, di dalam Alquran di
dalam banyak ayat, Allah selalu mengindukkan amal shalih kepada iman.
Sebelumnya ayat-ayat alquran telah menetapkan hal yang sama. Salah
satunya adalah Firman Allah,
وَمَامَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ
مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلآَّ أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ
“Dan tidak ada yang
menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena
mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (At-Taubah: 54).
Imam Ibnu Katsir berkata dalam
tafsirnya terhadap ayat ini, “Amal shalih hanya sah dengan iman.” (Tafsir
Ibnu Katsir, 4/162). Oleh karena itu, ketika Nabi mengutus Mu’adz bin
Jabal sebagai hakim dan da’i ke kota Yaman, beliau berpesan kepadanya agar
memulai berdakwah dengan syahadat. Sabda beliau,
اُدْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ
لاَ إله إِلاَّ الله، وَأَنِّيْ رَسُوْلُ الله، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لذلك
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ الله َ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي
كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لذلك فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ الله
افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ
وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ.
“Ajaklah mereka kepada
syahadat, bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku
adalah Rasulullah, jika mereka telah mematuhimu dalam hal itu, maka beritahukan
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari
semalam, jika mereka telah mematuhimu dalam hal itu maka beritahukan kepada
mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat pada harta mereka, yang diambil
dari orang-orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari
mereka.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 666 danMukhtashar
Shahih Muslim, no. 501).
Dari sini kaum Muslimin
mengetahui dan memahami untuk selanjutnya bahwa mengikrarkan dan memegang
syahadat dengan teguh dalam kehidupan adalah perkara yang tidak bisa ditawar
lagi.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Apa itu syahadat? Syahadat
adalah persaksian dengan dasar keyakinan yang kuat di dalam hati. Syahadat ini
terbagi menjadi dua: Syahadat tauhid yaitu ucapan لَا إله إِلَّا اللهُ dan
syahadat risalah yaitu ucapan مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله. Yang pertama, berarti
tidak ada apapun atau siapapun yang berhak disembah kecuali Allah semata. La
ilaha meniadakan hak penyembahan dari selain Allah dan illallah menetapkannya
untuk Allah semata. Dua perkara inilah yang dikenal dengan rukun syahadat.
Syahadat ini menuntut pemurnian ibadah semata-mata untuk Allah, dan membuang
syirik yang berarti menduakan Allah dalam beribadah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد
تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن
بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا
“Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat.” (Al-Baqarah: 256).
Akibat Hukum dari Syariat
Di dunia, barangsiapa bersyahadat, maka
dia adalah seorang Muslim, baginya hak yang sederajat dengan kaum Muslimin dan
atasnya kewajiban yang sederajat dengan kaum Muslimin, terlindungi darah,
harta, dan keluarganya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قَاتِلُوا الَّذِينَ
لاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَلاَيُحَرِّمُونَ مَاحَرَّمَ
اللهُ وَرَسُولُهُ وَلاَيَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
“Perangilah orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada Hari Kemudian, dan
mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang
diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (At-Taubah: 29).
Sabda Nabi,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ
النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لَا إلهَ إِلاَّ الله ُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ الله، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا
فَعَلُوْا ذلك عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ
الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
“Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, mereka telah
melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam dan hisabnya
atas Allah.” (Muttafaq ‘alaihi, dari
Ibnu Umar. Mukhtashar Shahih
al-Bukhari, no. 24 dan Mukhtashar
Shahih Muslim, no. 5).
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dari sini,
maka Nabi sangat mengingkari pelanggaran terhadap darah orang yang mengucapkan
‘La ilaha illallah’. Usamah bin Zaid berkata, “Rasulullah mengutus
kami dalam sebuah pasukan, maka kami menyerang beberapa kelompok orang dari
suku Juhainah. Aku sendiri berhadapan dengan seorang laki-laki, dia mengucapkan
‘la ilaha illallah‘, maka aku menusuknya. Karena hal itu mengganjal di
dalam hatiku, maka aku pun menyampaikannya kepada Rasulullah. Rasulullah
bersabda, “Dia mengucapkan ‘la ilaha illallah‘ dan kamu membunuhnya?”
Aku membela diri, “Ya Rasulullah, dia mengucapkannya karena takut senjata.”
Rasulullah bersabda, “Mengapa kamu tidak membelah hatinya agar kamu
mengetahui apakah dia demikian atau tidak?” Usamah berkata, “Nabi terus
mengulang-ulang perkataannya kepadaku
sehingga aku berharap baru masuk Islam pada hari ini.” (H.R. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim, no.
7).
Adapun akibat dari syahadat di akhirat, bahwa kunci bagi gerbang Akhirat adalah ‘la ilaha illallah‘
di mana Rasulullah memerintahkan mentalqin orang yang menghadapi ajal dengan
kalimat ‘la ilaha illallah‘. Sabda beliau,
لَقِّـنُوْا مَوْتَاكُمْ لَا
إلهَ إِلَّا الله.
“Talqin-lah orang yang
hendak meninggal di antara kamu dengan la ilaha illallah.” (HR. Muslim
dari Abu Sa’id, Mukhtashar
Shahih Muslim, no. 453).
Di alam akhirat terdapat dua
janji utama yang menggembirakan bagi orang yang mengikrarkan diri dengan
kalimat syahadat:
Pertama: Jaminan Surga.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ
أَنَّهُ لَا إله إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa mati dalam
keadaan mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka
dia masuk Surga.” (H.R. Muslim dari Usman, Mukhtashar Shahih Muslim, no.
9).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إلهَ
إِلَّا الله ُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله حَرَّمَ الله عَلَيْهِ النَّارَ.
“Barangsiapa bersaksi bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, maka Allah mengharamkan Neraka atasnya.” (H.R. Muslim dari
Ubadah bin Shamit,Mukhtashar Shahih Muslim, no. 11).
Kedua: Jaminan tidak kekal di
Neraka.
Orang yang bersaksi ‘la
ilaha illallah‘ meskipun dia masuk dan diazab di Neraka, pasti dia akan
dikeluarkan darinya dan dipindahkan ke Surga, baik dengan syafa’at atau tanpa syafa’at.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ
قَالَ: لاَ إله إِلاَّ الله ، وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيْرَةٍ مِنْ خَيْرٍ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ:
لاَ إله إِلاَّ الله، وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ، وَيَخْرُجُ مِنَ
النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إلهَ إِلاَّ الله، وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ
خَيْرٍ.
“Akan keluar dari Neraka
orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di dalam hatinya terdapat
kebaikan seberat biji jewawut. Keluar dari Neraka orang yang mengucapkan ‘la
ilaha illallah’ yang di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum.
Keluar dari Neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di dalam
hatinya terdapat kebaikan seberat biji dzarrah.” (H.R. al-Bukhari dari
Anas bin Malik. Mukhtashar
Shahih al-Bukhari, no. 41).
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar