الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ,
أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ, وَأَسْأَلُهُ الْمَغْفِرَةَ يَوْمَ
الدِّيْنِ.وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَامَحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمَبْعُوْثُ بِاالْهُدَى وَالنُّوْرِالْمُبِيْنِ,صَلَّى اللهُ وَ عَلَى أَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّابَعْدُ
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Syukur..........
Taqwa...............
Tauhid menurut Islam ialah tauhid i’tiqadi ilmi (keyakinan
teoritis) dan tauhid amali suluki (amal perbuatan praktis). Dua
ketauhidan ini tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
1.Tauhid i’tiqadilmi
adalah keyakinan, qasd (tujuan), dan iradah (kehendak). Keimanan seseorang tidak akan diterima selama tidak mentauhidkan Allah swt. secara teoritis dan keyakinan. Yaitu beriman bahwa Tuhan itu hanya Allah yang Maha Esa, dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu dan tidak ada yang menyerupai-Nya, serta tidak beranak dan tidak diperanakkan.Begitu pula kita harus mentauhidkanNya secara objektif dan praktis, yaitu meng-Esa-kan Allah swt. melalui ibadah yang sempurna, ketaatan yang mutlak, merendahkan diri, bertawakkal, takut dan pengharapan kepada-Nya. Tauhid menurut maknanya yang pertama (i’tiqadi ilmi) ialah apa yang diisyaratkan secara jelas dalam surat Al Ikhlas, ayat-ayat di awal Ali Imran, permulaan surat Thaha, permulaan As Sajdah, permulaan Al Hadid, dll.
adalah keyakinan, qasd (tujuan), dan iradah (kehendak). Keimanan seseorang tidak akan diterima selama tidak mentauhidkan Allah swt. secara teoritis dan keyakinan. Yaitu beriman bahwa Tuhan itu hanya Allah yang Maha Esa, dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu dan tidak ada yang menyerupai-Nya, serta tidak beranak dan tidak diperanakkan.Begitu pula kita harus mentauhidkanNya secara objektif dan praktis, yaitu meng-Esa-kan Allah swt. melalui ibadah yang sempurna, ketaatan yang mutlak, merendahkan diri, bertawakkal, takut dan pengharapan kepada-Nya. Tauhid menurut maknanya yang pertama (i’tiqadi ilmi) ialah apa yang diisyaratkan secara jelas dalam surat Al Ikhlas, ayat-ayat di awal Ali Imran, permulaan surat Thaha, permulaan As Sajdah, permulaan Al Hadid, dll.
2.Tauhid amali suluki
ialah apa yang dimuat, diajak, dan ditunjukkan oleh surat Al Kafirun; seluruh surat Al An’am; permulaan dan akhir Al A’raf; permulaan, pertengahan dan akhir surat Yunus; permulaan dan akhir Az Zumar, dll. Bahkan Imam Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa setiap surat Al Quran mengandung makna kedua bentuk tauhid tadi.
ialah apa yang dimuat, diajak, dan ditunjukkan oleh surat Al Kafirun; seluruh surat Al An’am; permulaan dan akhir Al A’raf; permulaan, pertengahan dan akhir surat Yunus; permulaan dan akhir Az Zumar, dll. Bahkan Imam Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa setiap surat Al Quran mengandung makna kedua bentuk tauhid tadi.
Para penulis ilmu tauhid pada masa lalu dan
sekarang menamakan jenis tauhid i’tiqadi ilmi dengan Tauhid Rububiyah dan
Tauhid amali suluki dengan Tauhid Uluhiyah dengan penjelasannya sebagai berikut
(dalam Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan, Yusuf Al
Qardhawi):
a.Tauhid Rububiyah
ialah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan langit dan bumi, Pencipta semua makhluk dan Penguasa seluruh alam. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan-Nya dan tidak ada hakim dalam hukum-hukum-Nya selain Dia. Hanya Dia satu-satunya Tuhan bagi segala sesuatu. Satu-satunya Pemberi rizki kepada semua makhluk dan Pengendali semua urusan. Hanya Dia yang mengangkat dan menjatuhkan martabat manusia, Pemberi manfaat dan Penurun bencana, Penganugerah kemuliaan dan kehinaan. Tidak akan ada yang mampu memberi manfaat dan mudharat kepada diri sendiri maupun orang lain, kecuali atas izin dan kehendak-Nya.Tauhid Rububiyah ini hanya diingkari oleh penganut materialisme yang tidak percaya adanya Allah seperti ad-Dahriyyin (ateisme) pada masa lalu dan komunisme pada masa sekarang. Paham yang sama dengan aliran materialisme ialah dualisme yang berkeyakinan bahwa dalam alam ini terdapat dua tuhan. Yaitu tuhan gelap dan terang.
ialah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan langit dan bumi, Pencipta semua makhluk dan Penguasa seluruh alam. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan-Nya dan tidak ada hakim dalam hukum-hukum-Nya selain Dia. Hanya Dia satu-satunya Tuhan bagi segala sesuatu. Satu-satunya Pemberi rizki kepada semua makhluk dan Pengendali semua urusan. Hanya Dia yang mengangkat dan menjatuhkan martabat manusia, Pemberi manfaat dan Penurun bencana, Penganugerah kemuliaan dan kehinaan. Tidak akan ada yang mampu memberi manfaat dan mudharat kepada diri sendiri maupun orang lain, kecuali atas izin dan kehendak-Nya.Tauhid Rububiyah ini hanya diingkari oleh penganut materialisme yang tidak percaya adanya Allah seperti ad-Dahriyyin (ateisme) pada masa lalu dan komunisme pada masa sekarang. Paham yang sama dengan aliran materialisme ialah dualisme yang berkeyakinan bahwa dalam alam ini terdapat dua tuhan. Yaitu tuhan gelap dan terang.
Sedangkan mayoritas musyirikin bangsa Arab pada masa jahiliyah tidak
mengingkari Tauhid Rububiyah ini. Sebagaimana ayat-ayat berikut ini
(artinya),
84. Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang adapadanya,
jika kamu mengetahui?"
85. mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak
ingat?"
86. Katakanlah:
"Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang
besar?"
87.
mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "MakaApakah
kamu tidak bertakwa?"
88. Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya
berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada
yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"
89. mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?"
(QS. Al Mu’minun 84-89).
Jawaban
orang-orang musyrik itu menunjukkan mereka mengakui Allah sebagai Tuhan yang
mencipta alam sekaligus yang mengaturnya. Dengan modal keimanan seperti itu,
seharusnya mereka menghambakan diri kepada Allah dan tidak menyekutukanNya.
Tetapi justru sebaliknya, mereka menolak untuk beribadah kepada Allah semata
atau tidak bertauhid uluhiyah.
b.Tauhid Uluhiyah
ialah meng-Esa-kan Allah dalam beribadah, patuh dan taat secara mutlak kepada-Nya. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah dan tidak pula menyekutukan-Nya. Ketauhidan ini tidak akan tercapai apabila tidak menggabungkan tauhid uluhiyah dengan rububiyah. Sebab, tidaklah cukup hanya dengan tauhid rububiyah saja.Orang musyrikin Arab telah menyatakan dan mengakui tauhid rububiyah. Tetapi meskipun begitu mereka tidak termasuk sebagai orang beriman, sebab mereka menyekutukan Allah swt. Mereka mempertuhankan selain Allah sebagai sarana perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
ialah meng-Esa-kan Allah dalam beribadah, patuh dan taat secara mutlak kepada-Nya. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah dan tidak pula menyekutukan-Nya. Ketauhidan ini tidak akan tercapai apabila tidak menggabungkan tauhid uluhiyah dengan rububiyah. Sebab, tidaklah cukup hanya dengan tauhid rububiyah saja.Orang musyrikin Arab telah menyatakan dan mengakui tauhid rububiyah. Tetapi meskipun begitu mereka tidak termasuk sebagai orang beriman, sebab mereka menyekutukan Allah swt. Mereka mempertuhankan selain Allah sebagai sarana perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Allah Ta’ala berfirman:
:
artinya
3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang
bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih
padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar.
Sejak dulu
banyak manusia yang tersesat dari tauhid uluhiyah. Mereka menghambakan diri
kepada berbagai Tuhan.
·
Umat Nabi Nuh
telah menyembah Wadd, Suwaa’, Yaguts
·
Umat Ibrahim
menyembah berhala.
·
Orang mesir
kuno menyembah anak lembu.
·
Penduduk
Saba’ menyembah matahari,
·
Orang Shabiun
menyembah bintang,
·
Orang Majusi
menyembah api,
·
Bangsa Arab
jahiliyah menyembah patung dan batu.
Mereka semua adalah orang-orang musyrik, karena
tidak mentauhidkan Allah dalam beribadah. Dan disadari atau tidak, di
tengah-tengah kehidupan masyarakat muslim telah banyak dan marak berbagai
fenomena yang sudah termasuk kategori kemusyrikan, baik yang ashghar (kecil)
maupun yang akbar (besar),baik yang tersembunyi dan terselubung, ataupun yang
sudah terang-terangan.Maka yang terpenting marilah kita kaum muslimin tetap
waspada dengan senantiasa berupaya menjaga kemurnian tauhid kita, agar tidak
terjebak dalam berbagai praktik penyekutuan kepada Allah baik yang kita lakukan
dgn sadar atau tanpa sadar .
BAROKALLAHU LI WALAKUM FIL QUR’ANIL ‘ADZIIIIM.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar